Selasa, 29 Juni 2010

PUISI

1
KESUNYIAN

Langkah demi langkah telah ku lewati
Menyisir jalanan sepi penuh onak duri
Kedipan mata seolah tak terkendali
Meski telah ku obati sepenuh hati

Air mata mengalir terus membasahi pipi
Tak kuasa tuk membendung perasaan hati
Meski telah ku coba menghibur diri
Namun ia tetap tak bisa terobati

Sungguh sunyi hidup ini
Tanpa kekasih yang mendampingi
Apakah di sana sama seperti diriku yang menanti
Mengharap hari yang lama berganti

Bila nanti tiba saat yang dinanti
Bahagiakah engkau berada di sisi
Jalani cinta sehidup semati
Meski dunia tak ada lagi


Rivan’s Merawang, Senin 01 Februari 2010
Untuk istriku yang ada di seberang – Belitong


2
KAKI-KAKI RINDU

Pijar-pijar tapakan kaki
Mengitari bumi tanpa henti
Tanamkan niat dalam hati
Meski harus mendaki puncak yang tinggi

Keikhlasan harus selalu menemani
Saat nafas hendak berhenti
Karena manusia tiada yang abadi
Walaupun tembok membentengi

Kaki-kaki rindu yang menghiasi
Tuk menapaki ridho ilahi
Mengharap pintu-pintu Jannati
Terbuka untuk kumasuki

Ya Allah ilahi rabbi …
Jadikan hamba manusia yang berserah diri
Untuk taat dan terus mengabdi
Hingga akhir hayatku nanti


Rivan’s Merawang, Jum’at 05 Februari 2010
18:41 WIB, ba’da magrib


3
DERITA DAN PENGHARAPAN

Ufuk Barat telah dipenuhi warna merah
Sisa-sisa cahaya mulai tak lagi cerah
Derita hidup kian mendarah
Sekujur tubuh rasa bernanah

Pelukan tak lagi mesra
Jauh semakin terasa
Haruskah hidup jauh dari-Nya…
Meratap jalanan penuh dosa

Sungguh hina jika terpedaya
Oleh bujukan makhluk ciptaan-Nya
Semakin terasa engkau sengsara
Bagai terdiam dalam penjara

Bahagia tak akan datang
Tanpa hajat yang diundang
Berserahlah dengan memandang
Berharap esok menjadi tenang

Rivan’s Merawang, Sabtu 06 Februari 2010
19:11 WIB


4
PENGHARAPAN YANG TERAKHIR

Percikan wangi-wangi surga kian jauh
Penghambaanku masih belum kutambah
Siang dan malam telah engkau atur untukku berserah
Seisi alam telah menghamparkan diri untuk tempatku menyembah

Aku lengah dan terbuai
Bujukan nafsu semakin menguntai
Sadarku semakin terbengkalai
Bisikan syetan terus mengintai

Sadarku belum terbangun
Tetesan embun telah di ujung daun
Saatku hendak terbangun…
Titipan usia mulai menjadi pikun

Kuasakan diriku untuk berfikir
Menyemangati dengan berzikir
Kuserahkan semua hidupku untuk yang terakhir
Mengharap bahagia di Yaumul Akhir…

Rivan’s Merawang, Minggu 07 Februari 2010
20:22 WIB



5
PUISI UNTUK STAIN

Lima tahun sudah ku tempuh bangku pendidikan
Dan telah memberiku segudang pengetahuan
Yang mungkin tak dapat lagi untukku hitung jumlahnya
Walau harus meneteskan keringat darah dan air mata

Ia telah memberikanku modal tuk mengarungi nuansa kehidupan dunia
Yang penuh dengan berbagai problema
Sebut saja STAIN namanya
Perguruan tinggi Islam berstatus negeri di Bangka yang pertama

Alumninya telah tersebar di seluruh Pulau Bangka
Bahkan sampai ke Pulau jawa dan sekitarnya
Rasa banggapun tertanam di dada
Walau hati sedikit berduka

Duka yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata
Hanya dengan bahasa yang terbata-bata
Yang mungkin tak dapat dimengerti maksudnya
Tetapi itulah adanya

Semua pasti tahu dan merasakannya
Tak terkecuali tua ataupun muda
Karena luka yang terlalu lama
Dan tak ada yang dapat mengobatinya

Setidaknya ini menjadi sebuah berita
Yang harus diterima dan harus merubahnya
Agar semua nantinya merasa lebih bangga
Karena cita-cita telah tercapai tujuannnya

Alhamdulillah akhirnya
Ku ucapkan untuk semua
Semoga jasa-jasa dapat diganti oleh-Nya
Hingga menjadi penyelamat di akhirat nantinya…

Riding Panjang, 01 Muharram 1431 H
18 Desember 2009 M



6
KESENDIRIAN

Hidup yang sendiri
Bagaikan tiada yang perduli
Hati terasa sepi
Ibarat tajamnya belati
Siap menyayat yang terpatri
Tiada daya tuk berlari
Fitrah telah tertanam dalam diri
Melekat dan selalu menghiasi
Dalam bumi yang dipijaki
Seolah tak terkendali
Bergerak sekehendak hati
Seakan tak mau berhenti
Hingga jantung tak berdenyut lagi
Dan akhirnya mati


7
KEJAMNYA KEHIDUPAN

Gelora bergemuruh menggeletar
Membakar semua yang menghampar
Melenyapkan semua yang di sekitar
Menghanguskan semua yang beredar

Begitu kejam kehidupan yang fatamorgana
Menghanyutkan semua yang membahana
Melenakan semua yang terpesona
Merobohkan semua yang telah dibina

Kiniku tiada berdaya
Melewati semua yang membudaya
Mengarungi semua yang berbahaya
Menapaki jalanan yang penuh dengan tipu daya

Waktu berputar seolah tak terasa
Membutakan semua manusia
Meski usaha telah diupaya
Manfaat dan pahala ditentukan Yang Kuasa

Rivan’s Merawang, Senin 08 Februari 2010
15:42 WIB


8
PUJIAN RINDU

Remang-remang malam menyelimuti sunyiku
Menelangsa ke batas sadarku
Mengganti suasana sepi hatiku
Menghibur asmara dan rinduku

Dikau selalu menyemangatiku
Mendampingi setiap hariku
Memberi senyuman setiap memandangku
Menenangkan disetiap gelisahku

Sungguh mulia pekertimu
Membuat diriku kagum padamu
Bukan merayu tapi hanya memujimu
Semoga jadi penyejuk hatimu

Terimakasih kuucapkan untukmu
Dari suami yang sangat mencintaimu
Tak ingin kujauh darimu
Hidup bersama selamanya denganmu


Rivan’s Merawang, Jum’at 09 Februari 2010
21:50 WIB,


9
MENGHARAP YANG TAK PASTI


Serpihan noda-noda dosa
Melekat di jiwa yang menggelora
Menutupi seluruh raga
Menjadikan hati seperti hampa

Duka yang membara
Menggelepar seketika
Menghanyutkan suasana
Membutakan fikiran dan mata

Jiwa yang sepi
Melenakan seisi hati
Menjadikan hidup sepeti mati
Semuanya tiada berarti

Mengharap sesuatu yang abadi
Duduk termangu tanpa henti
Tuli dan bisu jadi semedi
Menharap sesuatu yang akan terjadi


Rivan’s Merawang, Minggu 10 Februari 2010
19:33 WIB, Menjelang Isya’



10
DALAM BUAIAN


Helai-helai kertas berserakan
Disinari matahari pagi berkilapan
Menggetarkan pena-pena dalam ratapan
Menggoreskan tinta tanpa haluan

Pilar-pilar kehidupan
Membangkitkan kekuatan
Bergemuruh bagai aungan seekor macan
Bercahaya bagai purnama rembulan

Remang-remang kesunyian
Tertanam dalam kesendirian
Merangkul hingga keseluruh badan
Dibayangi angan yang menakutkan

Rindu-rindu tak kesampaian
Hati terhanyut dalam buaian
Membawa mimpi dalam peraduan
Bagaikan terbang di atas awan


Rivan’s Merawang, Jum’at 12 Februari 2010
21:19 WIB



11
SYAIR RINDU


Bait-bait syair rindu
Kurakit dalam malam yang syahdu
Menyelimuti hati yang menggebu-gebu
Merajut dalam bayanganmu

Kusiram dengan alunan asmara
Memecah sepi yang menggelora
Dipenuhi dengan canda dan tawa
Membuat suasana jadi gembira

Sunyi kurakit dengan pesona
Menjadikan hari penuh dengan warna
Sepi hatiku jadi sirna
Dibuai oleh gelora asmara

Rindu yang tiada tara
Gelisah kian melanda
Renungan batin yang didera
Menghapus semua yang dirasa

Syahdu yang ditunggu
Jadikan fikiran termangu
Mengharap hadir dirimu
Tuk mengobati hati yang rindu


Rivan’s Merawang, Sabtu 13 Februari 2010
19:33 WIB



12
KEBAHAGIAAN


Tirai asmara kurajut dalam leka
Menyemarakkan nyanyian-nyanyian rindu
Bisikan yang meronta
Menjadikan rasa dan candu

Kulihat mentari menari-nari
Dihiasi warna-warni pelangi
Jadikan hari penuh dengan seri
Menyibakkan gempita penuh arti

Semarak di hari yang bahagia
Menyejukkan gelora yang membara
Memberikan berbagai rasa
Canda dan tawa terus bersama


By: Nayrus al-‘Alim el-Rayyan
Rivan’s Merawang, Minggu 14 Februari 2010
13:20 WIB



13
RINDU YANG MEMBARA


Sunyiku terhentak
Pijakan kaki melangkah serentak
Bergetar tanpa arah
Lukaku jadi berdarah

Tetesan embun hilang seketika
Daun-daun jadi berguguran
Rinduku membara
Tanpa henti terus menerjang

Gemerincik percikan gerimis hujan
Nadiku berdenyut kencang
Bergemuruh menembus hutan
Tanpa henti terus menelan

Hati bertambah penasaran
Oleh dawai-dawai nada nyanyian
Luruh seketika bertebaran
Hanyut dibawa kesepian


Rivan’s Merawang, Minggu 14 Februari 2010
21:25 WIB



14
MENANTI HADIRMU


Rintik gemerincik deruan hujan
Dimalam yang sepi seorang diri
Melayang jiwaku dalam angan
Menanti hadirmu di sisi

Tak mungkin itu terwujud
Meski letih dengan bersujud
Biar hati terus hanyut
Sampai nadi tak lagi berdenyut

Begitukah penantian ini
Terus sabar menahan diri
Tuk bertemu dengan bidadari
Mengharap ridha menyertai

Mampukan hati bertahan
Menanti berhentinya hujan
Hingga hadirmu mengobati kesepian
Untuk diriku yang sendirian


Rivan’s Merawang, Minggu 14 Februari 2010
21:57 WIB




By: Nayrus al-‘Alim el-Rayyan



My Poem – Puisiku

Jumat, 25 Juni 2010

GURINDAM


1

PETUNJUK HIDUP

Hidup di dunia yang fatamorgana

Membuat orang jadi sengsara

Bagaikan terdiam dalam penjara

Jika tidak penuh dengan usaha

Bumi dipijak dengan telapak kaki

Kita hidup harus berbenah diri

Agar menjadi manusia yang madiri

Santunlah dalam bermasyarakat

Murahlah terhadap kerabat

Agar menjadi orang yang bermartabat

Amal harus selalu ditambah

Jangan lupa selalu berbenah

Supaya jadi orang yang ramah

Teguhkan diri dengan amanah

Kitab Al-Qur’an pegangan manusia

Petunjuk bagi hidup di dunia

Selalu bertaubat menghapus dosa

Akhirat nanti pasti bahagia

Hidup itu haruslah bermurah

Biar rezeki terus bertambah

Dan pasti akan mendapat berkah

Rajinlah sembahyang lima waktu

Itulah kewajiban bagi yang tahu

Mengerjakannya tiada menunggu

Berbuat baik pada kedua orangtua

Mengharap ridha dari Yang Kuasa

Masuk surga tanpa disiksa

Itulah petunjuk hidup bagi manusia

Inilah gurindam yang serat akan makna

Nasehat bagi umat manusia

Agar menjadi orang yang bertaqwa

Dunia akhirat pasti berbangga

Cukup sekian nasehat ini

Semoga pembaca jadi memahami

Pentingnya hidup dengan mengabdi

Akhirnya menjadi hidup yang hakiki

Insya Allah …

Rivan’s Merawang, Senin 08 Februari 2010

21:08 WIB

2

PENTINGNYA ILMU

Menuntut ilmu itu yang utama

Bila sudah cukup usia

Jangan lupa selalu berdo’a

Ilmu yang diamal pasti mendapat pahala

Ilmu yang tidak diamal bagai pohon tiada buahnya

Itulah syair Arab menyebutkannya

Memang benar demikian adanya

Jika kita mengetahuinya

Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu

Ilmunya lekat tak termakan waktu

Bila yakin akan hal itu

Pasti kelak akan mendapatkan sesuatu

Belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air

Ilmunya keras mudah mencair

Seperti arus sungai yang terus mengalir

Tetapi cepat ketemu akhir

Siapa mau dunia harus dengan ilmu

Siapa mau akhirat juga dengan ilmu

Siapa mau keduanya juga harus dengan ilmu

Itulah hadits nabi yang harus kita tahu

Orang berilmu ditinggikan beberapa derajat

Karena ia memiliki banyak bakat

Hidupnya akan bermartabat

Dunia akhirat jadi selamat

Itulah ilmu yang bermanfaat

Semoga Nabi memberi syafaat

Di akhirat jadi penyelamat

Rivan’s Merawang, Senin 09 Februari 2010

21:24 WIB

3

PASANGAN HIDUP

Hidup itu tak bisa sendiri

Harus ada yang mendampingi

Menemani hati di setiap hari

Dari pagi sampai malam hari

Walaupun jodoh sudah ada yang memberi

Pilihan itu ada pada diri

Janganlah terburu memutuskan kehendak hati

Kenali dahulu baru didekati

Pilihan itu adalah hak pada kita

Asalkan jangan lupa pada yang Kuasa

Karena segala sesuatu Dia yang menentukannya

Carilah pasangan hidup yang sekufuk

Yang cintanya telah terpupuk

Jauhi pertikaian selalulah berujuk

Akhirnya hidup mendapat petunjuk

Bila telah dapat pasangan sejati

Jangan lupa untuk berserah diri

Bersama-sama hadapi uji

Susah dan senang saling berbagi

Inilah ciri pasangan yang diridhai

Akan mendapat berkah dari ilahi

Keluarga sakinah itulah yang dikehendaki

Atas izin Allah semua itu dikaruniai

Insya Allah …

Rivan’s Merawang, Kamis 11 Februari 2010

19:40 WIB, Ba’da Isya’

4

SENYUM DAN SYUKUR

Senyum itu adalah anugerah

Fitrah yang diberikan oleh Allah

Menyuruh kita untuk beribadah

Memberi senyuman jalan yang termudah

Dengan senyum orangpun kagum

Bagai melati mekar sekuntum

Wanginya semerbak ke mana-mana

Membuat orang jadi terpesona

Syukur itu tandanya cinta

Atas pemberian dari Yang Maha Esa

Rajin mengerjakan shalat dan puasa

Itulah wujud pengungkapannya

Dengan bersyukur semua akan terukur

Rizki kita sudah ada yang mengatur

Cukup kita rajin tafakur

Pasti semua akan jadi makmur

Senyum dan syukur harus dijaga

Harus didahulu dan diutama

Itulah tanda orang yang bertaqwa

Akhirat kelak mendapat balasan surga

Inilah sifat yang harus dipelihara

Dijalani dengan sepenuh raga

Sampai kita meninggal dunia

Rivan’s Merawang, Minggu 14 Februari 2010

13:47 WIB

By: Nayrus al-‘Alim el-Rayyan

Senin, 01 Februari 2010

Tenggelamnya Sekoci Yin Galama

Langit merah mulai memenuhi ufuk Barat, kicau burung-pun mulai tak terdengar lagi. Gemuruh ombak kian teratur. Angin bertiup sepoi-sepoi. Seisi alam mulai mengakhiri aktivitasnya.

Dari kejauhan terlihat bayangan samara-samar sebuah sekoci akan memasuki kuala. Perlahan tetapi pasti ia kian mendekat. Seketika itu pula meriam pertanda datangnya kapal memasuki kuala dibunyikan. Tummmm… dentuman meriam telah dibunyikan. Sekoci-pun mulai menelusuri aliran sungai, berjalan perlahan karena sungainya tidak begitu luas.

Suasana kian mengelitik telinga, serangga-serangga sungai berbunyi saling bergantian, sahut-menyahut. Bagaikan berada dalam sebuah keramaian, yang memecahkan kesunyian. Sang nahkoda terus memusatkan pandangan ke depan. Tak menghiraukan keramaian serangga-serangga sungai tengah bergembira, karena seharian menahan diri.

Tiba-tiba dari bilik tirai pondokan sekoci terdengar suara merdu memecah kebisingan suara serangga-serangga sungai yang sedari tadi terus berbunyi. Dialah Yin Galama, putri Ako Ho. Yin Galama ini bukan Yin Galema dalam novel karya Ian Sancin. Dia hanyalah putri seorang pedagang Tiongkok yang membawa barang-barang seperti; keramik, mangkok Cina dan lain sebagainya. Barang-barang tersebut ia datangkan lansung dari negerinya. Pelayaran sekoci Ako Ho melintasi Laut Natuna diperairan Muntok hingga masuk ke wilayah laut Metibak Peradong.

Suara merdu dari putri Ako Ho kian memukau. Sang nahkoda jadi semangat memainkan baling-baling setir sekoci, meski gelap malam kian mencekam. Sejenak suara merdu itu terhenti, dan terdengar sebuah sebuah pertanyaan dari Yin (panggilan Yin Galama).

“Ko, kita di mana sekarang?”

Ako Ho pun menjawab pertanyaan putrinya.

“Kita sekarang ada di aliran Sungai Peradong.”

Kemudian Yin kembali bertanya pada Ako-nya.

“Sungai Peradong ini masuk wilayah kawasan mana Ko?”

“Sungai ini masuk wilayah kawasan bagian Muntok.”

Setelah mengerti, Yin pun terdiam. Batinnya bertanya-tanya mengapa Ako-nya membawa barang-barang tersebut ke Peradong.

Malam semakin gelap, serangga-serangga sungai satu persatu mulai menghentikan suaranya. Yin pun masuk ke dalam bilik pondokan sekoci. Dalam bilik ia merenung, ada apa gerangan di kampong Peradong, sampai-sampai Ako-nya membawa barang-barang demikian ke sana.

Di tengah redupnya suara bising serangga-serangga sungai, nahkoda menyuarakan pada seisi sekoci bahwa sebentar lagi akan tiba di pelabuhan pekal Peradong. Pelabuhan ini tidak sama halnya dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya, karena pelabuhan pekal Peradong hanylah pelabuhan yang kecil, yang lebih cocok dinamai dengan tambatan perahu. Namun, demikianlah adanya pelabuhan pekal Peradong.

Sedikit bahagia dihati Yin, walaupun perasaan dihantui dengan rasa penasaran terhadap kampong yang dituju.

Tiba-tiba, nahkoda berteriak kaget, seisi sekoci menjadi terkejut, ada apa gerangan nahkoda berteriak…?? Ternyata seekor buaya besar lewat di depan muka sekoci. Kini, keterkejutan itu telah sirna. Tapi, tiba-tiba… gradakkkk…. seperti ada sesuatu yang menabrak, sekoci jadi bergoyang ke kriri dan ke kanan. Nahkoda jadi panic, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda pada sekoci yang dinahkodainya. Ternyata, buntut belakang sekoci mengalami kebocoran. Seisi sekoci jadi berhamburan, rasa ketakutan menghantui hati mereka.

Air telah masuk ke dalam sekoci setengah mata kaki orang dewasa, sekoci tetap berjalan hingga tiba di tikungan sungai. Sesampai di tikungan sungai, air telah setengah badan sekoci. Seisi sekoci meloncat ke luar.

Perlahan tapi pasti, sekoci mulai tenggelam. Harapan Ako Ho pun ikut tenggelam, karena barang-barangnya ikut tenggelam bersama sekoci. Mereka pun berenang menuju tepian sungai, termasuk Yin. Sesampai di tepi sungai, mereka memanjat pohon-pohon yang ada. Dengan tubuh kedinginan mereka mendekap di pohon-pohon menanti malam berganti siang dengan harapan yang pupus.

Kampong Peradong yang dituju belum kesampaian, siang yang dinanti pun masih lama. Sunguh malang nasib Yin Galama, karena sekoci Ako Ho tengelam oleh tabrakan seekor buaya.

Riding Panjang, 01 Februari 2010
Pukul 20:09 WIB
By: Nayrus al-‘Alim el-Rayyan

KESUNYIAN


Langkah demi langkah telah ku lewati

Menyisir jalanan sepi penuh onak duri

Kedipan mata seolah tak terkendali

Meski telah ku obati sepenuh hati

Air mata mengalir terus membasahi pipi

Tak kuasa tuk membendung perasaan hati

Meski telah ku coba menghibur diri

Namun ia tetap tak bisa terobati

Sungguh sunyi hidup ini

Tanpa kekasih yang mendampingi

Apakah di sana sama seperti diriku yang menanti

Mengharap hari yang lama berganti

Bila nanti tiba saat yang dinanti

Bahagiakah engkau berada di sisi

Jalani cinta sehidup semati

Meski dunia tak ada lagi


By: Nayrus al-'Alim el-Rayyan

Kamis, 14 Januari 2010

Puisi Untuk STAIN SAS Babel


Puisi untuk STAIN

Lima tahun sudah ku tempuh bangku pendidikan
Dan telah memberiku segudang pengetahuan
Yang mungkin tak dapat lagi untukku hitung jumlahnya
Walau harus meneteskan keringat darah

Ia telah memberikanku modal tuk mengarungi nuansa kehidupan
Yang penuh dengan berbagai problema
Sebut saja STAIN namanya
Perguruan tinggi Islam pertama yang berstatus negeri sejak tahun 2004

Alumninya telah tersebar di seluruh Pulau Bangka
Bahkan sampai ke Pulau jawa dan sekitarnya
Rasa banggapun tertanam di dada
Walau hati sedikit berduka

Duka yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata
Hanya dengan bahasa yang terbata-bata
Yang mungkin tak dapat dimengerti maksudnya
Tetapi itulah adanya

Semua pasti tahu dan merasakannya
Tak terkecuali tua ataupun muda
Karena luka yang terlalu lama
Dan tak ada yang dapat mengobatinya

Setidaknya ini menjadi sebuah berita
Yang harus diterima dan harus merubahnya
Agar semua nantinya merasa lebih bangga
Karena cita-cita telah tercapai tujuannnya

Alhamdulillah akhirnya
Ku ucapkan untuk semua
Semoga jasa-jasa dapat diganti oleh-Nya
Hingga menjadi penyelamat di akhirat nantinya…


Riding Panjang, 01 Muharram 1431 H
18 Desember 2009 M


Nayrus al-‘Alim el-Rayyan

Rabu, 13 Januari 2010

Referensi NDP


REFERENSI UTAMA NDP HMI

LEVEL 1: STUDIUM GENERAL
1. Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari (Bandung: Mizan)
2. Tauhid, Imaduddin Abdurrahim, (Bandung: Pustaka)
3. Falsafatuna, Muhammad Baqir ash-Shadr (Bandung: Mizan)
4. Tugas Cendekiawan Muslim, Ali Syariati (Jakarta: Rajawali)
5. Islam dan Teologi Pembebasan, Asghar Ali Engineer (Yogyakarta: LkiS)
6. Islam, Doktrin, dan Peradaban, Nurcholish Madjid (Jakarta: Paramadina)

LEVEL 2: LOGIKA
7. Argumentasi dan Narasi, Gorys Keraf (Jakarta: Gramedia)
8. Logika, Mundiri (Jakarta: Rajawali)
9. Ringkasan Logika Muslim, Hasan Abu Ammar (Jakarta: Al-Muntazhar)

LEVEL 3: FILSAFAT
10. Filsafat Ilmu, Jujun S Suriasumantri (Bandung: ITB)
11. Ilmu dalam Perspektif, Jujus S Suriasumantri,ed. (Jakarta: YOI)
12. Madilog, Tan Malaka (…)
13. Pengantar Filsafat Islam, Oliver Leaman (Bandung: Mizan)
14. Buku Daras Filsafat Islam, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi (Bandung: Mizan)

LEVEL 4: TEOLOGI
15. Fitrah, Murtadha Mutahhari (Jakarta: Lentera)
16. Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam, Toshihiko Izutsu, (Jakarta: Tiara Wacana)
17. Dan Muhammad Utusan Allah, Anne-marie Schimmel (Bandung: Mizan)
18. Islam Agama Peradaban, Nurcholish Madjid (Jakarta: Paramadina)
19. Umat dan Imamah, Ali Syariati (Bandung: Pustaka Hidayah)
20. Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem (Lampung: YAPI)
21. Sejarah Tuhan, Karen Amrstrong, (Bandung: Mizan)
22. Tafsir Sufi, Musa Kazhim, (Jakarta: Lentera)

LEVEL 5: SOSIOLOGI
23. Paradigma Islam, Kuntowijoyo (Bandung: Mizan)
24. Masyarakat dan Sejarah, Murtadha Muthahhari (Bandung: Mizan)
25. Hiper-Realitas Kebudayaan, Yasraf Amir Piliang (Jakarta: LkiS)
26. Pemikiran Karl Marx, Franz Magnis-Suseno (Jakarta: Gramedia)
27. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Anthony Giddens (Jakarta: UI-Press)
28. Orientalisme, Edward W Said (Bandung: Pustaka)
29. Di Bawah Bendera Revolusi [2 jilid], Soekarno (Jakarta)
30. Kumpulan Karangan, Mohamad Hatta (Jakarta: Gunung Agung)
31. Rekayasa Sosial, Jalaluddin Rakhmat (Bandung: Rosda)
32. Ibunda, Maxim Gorki (Jakarta: Kalyanamitra)
33. Perempuan di Titik Nol, Nawal el-Saadawi (Jakarta: YOI)
34. Tetralogi Pulau Buru: a] Bumi Manusia, b] Anak Semua Bangsa, c] Jejak Langkah, d] Rumah Kaca, Pramoedya Ananta Toer (Jakarta: Hasta Mitra)

LEVEL 6: TEOLOGI 2
35. Filsafat Hikmah, Murtadha Mutahhari (Bandung: Mizan)
36. Filsafat Shadra, Fazlur Rahman (Bandung: Pustaka)
37. Integralisme, Armahedi Mahzar (Bandung: Pustaka)
38. The Tao of Islam, Sachiko Murata (Bandung: Mizan)
39. Menuju Kesempurnaan, Mustamin al-Mandary (Makassar: Safinah)
40. Kearifan Puncak, Mulla Shadra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)