Selasa, 29 Juni 2010
PUISI
KESUNYIAN
Langkah demi langkah telah ku lewati
Menyisir jalanan sepi penuh onak duri
Kedipan mata seolah tak terkendali
Meski telah ku obati sepenuh hati
Air mata mengalir terus membasahi pipi
Tak kuasa tuk membendung perasaan hati
Meski telah ku coba menghibur diri
Namun ia tetap tak bisa terobati
Sungguh sunyi hidup ini
Tanpa kekasih yang mendampingi
Apakah di sana sama seperti diriku yang menanti
Mengharap hari yang lama berganti
Bila nanti tiba saat yang dinanti
Bahagiakah engkau berada di sisi
Jalani cinta sehidup semati
Meski dunia tak ada lagi
Rivan’s Merawang, Senin 01 Februari 2010
Untuk istriku yang ada di seberang – Belitong
2
KAKI-KAKI RINDU
Pijar-pijar tapakan kaki
Mengitari bumi tanpa henti
Tanamkan niat dalam hati
Meski harus mendaki puncak yang tinggi
Keikhlasan harus selalu menemani
Saat nafas hendak berhenti
Karena manusia tiada yang abadi
Walaupun tembok membentengi
Kaki-kaki rindu yang menghiasi
Tuk menapaki ridho ilahi
Mengharap pintu-pintu Jannati
Terbuka untuk kumasuki
Ya Allah ilahi rabbi …
Jadikan hamba manusia yang berserah diri
Untuk taat dan terus mengabdi
Hingga akhir hayatku nanti
Rivan’s Merawang, Jum’at 05 Februari 2010
18:41 WIB, ba’da magrib
3
DERITA DAN PENGHARAPAN
Ufuk Barat telah dipenuhi warna merah
Sisa-sisa cahaya mulai tak lagi cerah
Derita hidup kian mendarah
Sekujur tubuh rasa bernanah
Pelukan tak lagi mesra
Jauh semakin terasa
Haruskah hidup jauh dari-Nya…
Meratap jalanan penuh dosa
Sungguh hina jika terpedaya
Oleh bujukan makhluk ciptaan-Nya
Semakin terasa engkau sengsara
Bagai terdiam dalam penjara
Bahagia tak akan datang
Tanpa hajat yang diundang
Berserahlah dengan memandang
Berharap esok menjadi tenang
Rivan’s Merawang, Sabtu 06 Februari 2010
19:11 WIB
4
PENGHARAPAN YANG TERAKHIR
Percikan wangi-wangi surga kian jauh
Penghambaanku masih belum kutambah
Siang dan malam telah engkau atur untukku berserah
Seisi alam telah menghamparkan diri untuk tempatku menyembah
Aku lengah dan terbuai
Bujukan nafsu semakin menguntai
Sadarku semakin terbengkalai
Bisikan syetan terus mengintai
Sadarku belum terbangun
Tetesan embun telah di ujung daun
Saatku hendak terbangun…
Titipan usia mulai menjadi pikun
Kuasakan diriku untuk berfikir
Menyemangati dengan berzikir
Kuserahkan semua hidupku untuk yang terakhir
Mengharap bahagia di Yaumul Akhir…
Rivan’s Merawang, Minggu 07 Februari 2010
20:22 WIB
5
PUISI UNTUK STAIN
Lima tahun sudah ku tempuh bangku pendidikan
Dan telah memberiku segudang pengetahuan
Yang mungkin tak dapat lagi untukku hitung jumlahnya
Walau harus meneteskan keringat darah dan air mata
Ia telah memberikanku modal tuk mengarungi nuansa kehidupan dunia
Yang penuh dengan berbagai problema
Sebut saja STAIN namanya
Perguruan tinggi Islam berstatus negeri di Bangka yang pertama
Alumninya telah tersebar di seluruh Pulau Bangka
Bahkan sampai ke Pulau jawa dan sekitarnya
Rasa banggapun tertanam di dada
Walau hati sedikit berduka
Duka yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata
Hanya dengan bahasa yang terbata-bata
Yang mungkin tak dapat dimengerti maksudnya
Tetapi itulah adanya
Semua pasti tahu dan merasakannya
Tak terkecuali tua ataupun muda
Karena luka yang terlalu lama
Dan tak ada yang dapat mengobatinya
Setidaknya ini menjadi sebuah berita
Yang harus diterima dan harus merubahnya
Agar semua nantinya merasa lebih bangga
Karena cita-cita telah tercapai tujuannnya
Alhamdulillah akhirnya
Ku ucapkan untuk semua
Semoga jasa-jasa dapat diganti oleh-Nya
Hingga menjadi penyelamat di akhirat nantinya…
Riding Panjang, 01 Muharram 1431 H
18 Desember 2009 M
6
KESENDIRIAN
Hidup yang sendiri
Bagaikan tiada yang perduli
Hati terasa sepi
Ibarat tajamnya belati
Siap menyayat yang terpatri
Tiada daya tuk berlari
Fitrah telah tertanam dalam diri
Melekat dan selalu menghiasi
Dalam bumi yang dipijaki
Seolah tak terkendali
Bergerak sekehendak hati
Seakan tak mau berhenti
Hingga jantung tak berdenyut lagi
Dan akhirnya mati
7
KEJAMNYA KEHIDUPAN
Gelora bergemuruh menggeletar
Membakar semua yang menghampar
Melenyapkan semua yang di sekitar
Menghanguskan semua yang beredar
Begitu kejam kehidupan yang fatamorgana
Menghanyutkan semua yang membahana
Melenakan semua yang terpesona
Merobohkan semua yang telah dibina
Kiniku tiada berdaya
Melewati semua yang membudaya
Mengarungi semua yang berbahaya
Menapaki jalanan yang penuh dengan tipu daya
Waktu berputar seolah tak terasa
Membutakan semua manusia
Meski usaha telah diupaya
Manfaat dan pahala ditentukan Yang Kuasa
Rivan’s Merawang, Senin 08 Februari 2010
15:42 WIB
8
PUJIAN RINDU
Remang-remang malam menyelimuti sunyiku
Menelangsa ke batas sadarku
Mengganti suasana sepi hatiku
Menghibur asmara dan rinduku
Dikau selalu menyemangatiku
Mendampingi setiap hariku
Memberi senyuman setiap memandangku
Menenangkan disetiap gelisahku
Sungguh mulia pekertimu
Membuat diriku kagum padamu
Bukan merayu tapi hanya memujimu
Semoga jadi penyejuk hatimu
Terimakasih kuucapkan untukmu
Dari suami yang sangat mencintaimu
Tak ingin kujauh darimu
Hidup bersama selamanya denganmu
Rivan’s Merawang, Jum’at 09 Februari 2010
21:50 WIB,
9
MENGHARAP YANG TAK PASTI
Serpihan noda-noda dosa
Melekat di jiwa yang menggelora
Menutupi seluruh raga
Menjadikan hati seperti hampa
Duka yang membara
Menggelepar seketika
Menghanyutkan suasana
Membutakan fikiran dan mata
Jiwa yang sepi
Melenakan seisi hati
Menjadikan hidup sepeti mati
Semuanya tiada berarti
Mengharap sesuatu yang abadi
Duduk termangu tanpa henti
Tuli dan bisu jadi semedi
Menharap sesuatu yang akan terjadi
Rivan’s Merawang, Minggu 10 Februari 2010
19:33 WIB, Menjelang Isya’
10
DALAM BUAIAN
Helai-helai kertas berserakan
Disinari matahari pagi berkilapan
Menggetarkan pena-pena dalam ratapan
Menggoreskan tinta tanpa haluan
Pilar-pilar kehidupan
Membangkitkan kekuatan
Bergemuruh bagai aungan seekor macan
Bercahaya bagai purnama rembulan
Remang-remang kesunyian
Tertanam dalam kesendirian
Merangkul hingga keseluruh badan
Dibayangi angan yang menakutkan
Rindu-rindu tak kesampaian
Hati terhanyut dalam buaian
Membawa mimpi dalam peraduan
Bagaikan terbang di atas awan
Rivan’s Merawang, Jum’at 12 Februari 2010
21:19 WIB
11
SYAIR RINDU
Bait-bait syair rindu
Kurakit dalam malam yang syahdu
Menyelimuti hati yang menggebu-gebu
Merajut dalam bayanganmu
Kusiram dengan alunan asmara
Memecah sepi yang menggelora
Dipenuhi dengan canda dan tawa
Membuat suasana jadi gembira
Sunyi kurakit dengan pesona
Menjadikan hari penuh dengan warna
Sepi hatiku jadi sirna
Dibuai oleh gelora asmara
Rindu yang tiada tara
Gelisah kian melanda
Renungan batin yang didera
Menghapus semua yang dirasa
Syahdu yang ditunggu
Jadikan fikiran termangu
Mengharap hadir dirimu
Tuk mengobati hati yang rindu
Rivan’s Merawang, Sabtu 13 Februari 2010
19:33 WIB
12
KEBAHAGIAAN
Tirai asmara kurajut dalam leka
Menyemarakkan nyanyian-nyanyian rindu
Bisikan yang meronta
Menjadikan rasa dan candu
Kulihat mentari menari-nari
Dihiasi warna-warni pelangi
Jadikan hari penuh dengan seri
Menyibakkan gempita penuh arti
Semarak di hari yang bahagia
Menyejukkan gelora yang membara
Memberikan berbagai rasa
Canda dan tawa terus bersama
By: Nayrus al-‘Alim el-Rayyan
Rivan’s Merawang, Minggu 14 Februari 2010
13:20 WIB
13
RINDU YANG MEMBARA
Sunyiku terhentak
Pijakan kaki melangkah serentak
Bergetar tanpa arah
Lukaku jadi berdarah
Tetesan embun hilang seketika
Daun-daun jadi berguguran
Rinduku membara
Tanpa henti terus menerjang
Gemerincik percikan gerimis hujan
Nadiku berdenyut kencang
Bergemuruh menembus hutan
Tanpa henti terus menelan
Hati bertambah penasaran
Oleh dawai-dawai nada nyanyian
Luruh seketika bertebaran
Hanyut dibawa kesepian
Rivan’s Merawang, Minggu 14 Februari 2010
21:25 WIB
14
MENANTI HADIRMU
Rintik gemerincik deruan hujan
Dimalam yang sepi seorang diri
Melayang jiwaku dalam angan
Menanti hadirmu di sisi
Tak mungkin itu terwujud
Meski letih dengan bersujud
Biar hati terus hanyut
Sampai nadi tak lagi berdenyut
Begitukah penantian ini
Terus sabar menahan diri
Tuk bertemu dengan bidadari
Mengharap ridha menyertai
Mampukan hati bertahan
Menanti berhentinya hujan
Hingga hadirmu mengobati kesepian
Untuk diriku yang sendirian
Rivan’s Merawang, Minggu 14 Februari 2010
21:57 WIB
By: Nayrus al-‘Alim el-Rayyan
My Poem – Puisiku
Jumat, 25 Juni 2010
GURINDAM
1 PETUNJUK HIDUP Hidup di dunia yang fatamorgana Membuat orang jadi sengsara Bagaikan terdiam dalam penjara Jika tidak penuh dengan usaha Bumi dipijak dengan telapak kaki Kita hidup harus berbenah diri Agar menjadi manusia yang madiri Santunlah dalam bermasyarakat Murahlah terhadap kerabat Agar menjadi orang yang bermartabat Amal harus selalu ditambah Jangan lupa selalu berbenah Supaya jadi orang yang ramah Teguhkan diri dengan amanah Kitab Al-Qur’an pegangan manusia Petunjuk bagi hidup di dunia Selalu bertaubat menghapus dosa Akhirat nanti pasti bahagia Hidup itu haruslah bermurah Biar rezeki terus bertambah Dan pasti akan mendapat berkah Rajinlah sembahyang lima waktu Itulah kewajiban bagi yang tahu Mengerjakannya tiada menunggu Berbuat baik pada kedua orangtua Mengharap ridha dari Yang Kuasa Masuk surga tanpa disiksa Itulah petunjuk hidup bagi manusia Inilah gurindam yang serat akan makna Nasehat bagi umat manusia Agar menjadi orang yang bertaqwa Dunia akhirat pasti berbangga Cukup sekian nasehat ini Semoga pembaca jadi memahami Pentingnya hidup dengan mengabdi Akhirnya menjadi hidup yang hakiki Insya Allah … Rivan’s Merawang, Senin 08 Februari 2010 21:08 WIB | 2 PENTINGNYA ILMU Menuntut ilmu itu yang utama Bila sudah cukup usia Jangan lupa selalu berdo’a Ilmu yang diamal pasti mendapat pahala Ilmu yang tidak diamal bagai pohon tiada buahnya Itulah syair Arab menyebutkannya Memang benar demikian adanya Jika kita mengetahuinya Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu Ilmunya lekat tak termakan waktu Bila yakin akan hal itu Pasti kelak akan mendapatkan sesuatu Belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air Ilmunya keras mudah mencair Seperti arus sungai yang terus mengalir Tetapi cepat ketemu akhir Siapa mau dunia harus dengan ilmu Siapa mau akhirat juga dengan ilmu Siapa mau keduanya juga harus dengan ilmu Itulah hadits nabi yang harus kita tahu Orang berilmu ditinggikan beberapa derajat Karena ia memiliki banyak bakat Hidupnya akan bermartabat Dunia akhirat jadi selamat Itulah ilmu yang bermanfaat Semoga Nabi memberi syafaat Di akhirat jadi penyelamat Rivan’s Merawang, Senin 09 Februari 2010 21:24 WIB |
3 PASANGAN HIDUP Hidup itu tak bisa sendiri Harus ada yang mendampingi Menemani hati di setiap hari Dari pagi sampai malam hari Walaupun jodoh sudah ada yang memberi Pilihan itu ada pada diri Janganlah terburu memutuskan kehendak hati Kenali dahulu baru didekati Pilihan itu adalah hak pada kita Asalkan jangan lupa pada yang Kuasa Karena segala sesuatu Dia yang menentukannya Carilah pasangan hidup yang sekufuk Yang cintanya telah terpupuk Jauhi pertikaian selalulah berujuk Akhirnya hidup mendapat petunjuk Bila telah dapat pasangan sejati Jangan lupa untuk berserah diri Bersama-sama hadapi uji Susah dan senang saling berbagi Inilah ciri pasangan yang diridhai Akan mendapat berkah dari ilahi Keluarga sakinah itulah yang dikehendaki Atas izin Allah semua itu dikaruniai Insya Allah … Rivan’s Merawang, Kamis 11 Februari 2010 19:40 WIB, Ba’da Isya’ | 4 SENYUM DAN SYUKUR Senyum itu adalah anugerah Fitrah yang diberikan oleh Allah Menyuruh kita untuk beribadah Memberi senyuman jalan yang termudah Dengan senyum orangpun kagum Bagai melati mekar sekuntum Wanginya semerbak ke mana-mana Membuat orang jadi terpesona Syukur itu tandanya cinta Atas pemberian dari Yang Maha Esa Rajin mengerjakan shalat dan puasa Itulah wujud pengungkapannya Dengan bersyukur semua akan terukur Rizki kita sudah ada yang mengatur Cukup kita rajin tafakur Pasti semua akan jadi makmur Senyum dan syukur harus dijaga Harus didahulu dan diutama Itulah tanda orang yang bertaqwa Akhirat kelak mendapat balasan surga Inilah sifat yang harus dipelihara Dijalani dengan sepenuh raga Sampai kita meninggal dunia Rivan’s Merawang, Minggu 14 Februari 2010 13:47 WIB |
By: Nayrus al-‘Alim el-Rayyan
Senin, 01 Februari 2010
Tenggelamnya Sekoci Yin Galama
Dari kejauhan terlihat bayangan samara-samar sebuah sekoci akan memasuki kuala. Perlahan tetapi pasti ia kian mendekat. Seketika itu pula meriam pertanda datangnya kapal memasuki kuala dibunyikan. Tummmm… dentuman meriam telah dibunyikan. Sekoci-pun mulai menelusuri aliran sungai, berjalan perlahan karena sungainya tidak begitu luas.
Suasana kian mengelitik telinga, serangga-serangga sungai berbunyi saling bergantian, sahut-menyahut. Bagaikan berada dalam sebuah keramaian, yang memecahkan kesunyian. Sang nahkoda terus memusatkan pandangan ke depan. Tak menghiraukan keramaian serangga-serangga sungai tengah bergembira, karena seharian menahan diri.
Tiba-tiba dari bilik tirai pondokan sekoci terdengar suara merdu memecah kebisingan suara serangga-serangga sungai yang sedari tadi terus berbunyi. Dialah Yin Galama, putri Ako Ho. Yin Galama ini bukan Yin Galema dalam novel karya Ian Sancin. Dia hanyalah putri seorang pedagang Tiongkok yang membawa barang-barang seperti; keramik, mangkok Cina dan lain sebagainya. Barang-barang tersebut ia datangkan lansung dari negerinya. Pelayaran sekoci Ako Ho melintasi Laut Natuna diperairan Muntok hingga masuk ke wilayah laut Metibak Peradong.
Suara merdu dari putri Ako Ho kian memukau. Sang nahkoda jadi semangat memainkan baling-baling setir sekoci, meski gelap malam kian mencekam. Sejenak suara merdu itu terhenti, dan terdengar sebuah sebuah pertanyaan dari Yin (panggilan Yin Galama).
“Ko, kita di mana sekarang?”
Ako Ho pun menjawab pertanyaan putrinya.
“Kita sekarang ada di aliran Sungai Peradong.”
Kemudian Yin kembali bertanya pada Ako-nya.
“Sungai Peradong ini masuk wilayah kawasan mana Ko?”
“Sungai ini masuk wilayah kawasan bagian Muntok.”
Setelah mengerti, Yin pun terdiam. Batinnya bertanya-tanya mengapa Ako-nya membawa barang-barang tersebut ke Peradong.
Malam semakin gelap, serangga-serangga sungai satu persatu mulai menghentikan suaranya. Yin pun masuk ke dalam bilik pondokan sekoci. Dalam bilik ia merenung, ada apa gerangan di kampong Peradong, sampai-sampai Ako-nya membawa barang-barang demikian ke sana.
Di tengah redupnya suara bising serangga-serangga sungai, nahkoda menyuarakan pada seisi sekoci bahwa sebentar lagi akan tiba di pelabuhan pekal Peradong. Pelabuhan ini tidak sama halnya dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya, karena pelabuhan pekal Peradong hanylah pelabuhan yang kecil, yang lebih cocok dinamai dengan tambatan perahu. Namun, demikianlah adanya pelabuhan pekal Peradong.
Sedikit bahagia dihati Yin, walaupun perasaan dihantui dengan rasa penasaran terhadap kampong yang dituju.
Tiba-tiba, nahkoda berteriak kaget, seisi sekoci menjadi terkejut, ada apa gerangan nahkoda berteriak…?? Ternyata seekor buaya besar lewat di depan muka sekoci. Kini, keterkejutan itu telah sirna. Tapi, tiba-tiba… gradakkkk…. seperti ada sesuatu yang menabrak, sekoci jadi bergoyang ke kriri dan ke kanan. Nahkoda jadi panic, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda pada sekoci yang dinahkodainya. Ternyata, buntut belakang sekoci mengalami kebocoran. Seisi sekoci jadi berhamburan, rasa ketakutan menghantui hati mereka.
Air telah masuk ke dalam sekoci setengah mata kaki orang dewasa, sekoci tetap berjalan hingga tiba di tikungan sungai. Sesampai di tikungan sungai, air telah setengah badan sekoci. Seisi sekoci meloncat ke luar.
Perlahan tapi pasti, sekoci mulai tenggelam. Harapan Ako Ho pun ikut tenggelam, karena barang-barangnya ikut tenggelam bersama sekoci. Mereka pun berenang menuju tepian sungai, termasuk Yin. Sesampai di tepi sungai, mereka memanjat pohon-pohon yang ada. Dengan tubuh kedinginan mereka mendekap di pohon-pohon menanti malam berganti siang dengan harapan yang pupus.
Kampong Peradong yang dituju belum kesampaian, siang yang dinanti pun masih lama. Sunguh malang nasib Yin Galama, karena sekoci Ako Ho tengelam oleh tabrakan seekor buaya.
Riding Panjang, 01 Februari 2010
Pukul 20:09 WIB
By: Nayrus al-‘Alim el-Rayyan
KESUNYIAN
Langkah demi langkah telah ku lewati
Menyisir jalanan sepi penuh onak duri
Kedipan mata seolah tak terkendali
Meski telah ku obati sepenuh hati
Air mata mengalir terus membasahi pipi
Tak kuasa tuk membendung perasaan hati
Meski telah ku coba menghibur diri
Namun ia tetap tak bisa terobati
Sungguh sunyi hidup ini
Tanpa kekasih yang mendampingi
Apakah di
Mengharap hari yang lama berganti
Bila nanti tiba saat yang dinanti
Bahagiakah engkau berada di sisi
Jalani cinta sehidup semati
Meski dunia tak ada lagi
Kamis, 14 Januari 2010
Puisi Untuk STAIN SAS Babel
Puisi untuk STAIN
Lima tahun sudah ku tempuh bangku pendidikan
Dan telah memberiku segudang pengetahuan
Yang mungkin tak dapat lagi untukku hitung jumlahnya
Walau harus meneteskan keringat darah
Ia telah memberikanku modal tuk mengarungi nuansa kehidupan
Yang penuh dengan berbagai problema
Sebut saja STAIN namanya
Perguruan tinggi Islam pertama yang berstatus negeri sejak tahun 2004
Alumninya telah tersebar di seluruh Pulau Bangka
Bahkan sampai ke Pulau jawa dan sekitarnya
Rasa banggapun tertanam di dada
Walau hati sedikit berduka
Duka yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata
Hanya dengan bahasa yang terbata-bata
Yang mungkin tak dapat dimengerti maksudnya
Tetapi itulah adanya
Semua pasti tahu dan merasakannya
Tak terkecuali tua ataupun muda
Karena luka yang terlalu lama
Dan tak ada yang dapat mengobatinya
Setidaknya ini menjadi sebuah berita
Yang harus diterima dan harus merubahnya
Agar semua nantinya merasa lebih bangga
Karena cita-cita telah tercapai tujuannnya
Alhamdulillah akhirnya
Ku ucapkan untuk semua
Semoga jasa-jasa dapat diganti oleh-Nya
Hingga menjadi penyelamat di akhirat nantinya…
Riding Panjang, 01 Muharram 1431 H
18 Desember 2009 M
Nayrus al-‘Alim el-Rayyan
Rabu, 13 Januari 2010
Referensi NDP
REFERENSI UTAMA NDP HMI
LEVEL 1: STUDIUM GENERAL
1. Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari (Bandung: Mizan)
2. Tauhid, Imaduddin Abdurrahim, (Bandung: Pustaka)
3. Falsafatuna, Muhammad Baqir ash-Shadr (Bandung: Mizan)
4. Tugas Cendekiawan Muslim, Ali Syariati (Jakarta: Rajawali)
5. Islam dan Teologi Pembebasan, Asghar Ali Engineer (Yogyakarta: LkiS)
6. Islam, Doktrin, dan Peradaban, Nurcholish Madjid (Jakarta: Paramadina)
LEVEL 2: LOGIKA
7. Argumentasi dan Narasi, Gorys Keraf (Jakarta: Gramedia)
8. Logika, Mundiri (Jakarta: Rajawali)
9. Ringkasan Logika Muslim, Hasan Abu Ammar (Jakarta: Al-Muntazhar)
LEVEL 3: FILSAFAT
10. Filsafat Ilmu, Jujun S Suriasumantri (Bandung: ITB)
11. Ilmu dalam Perspektif, Jujus S Suriasumantri,ed. (Jakarta: YOI)
12. Madilog, Tan Malaka (…)
13. Pengantar Filsafat Islam, Oliver Leaman (Bandung: Mizan)
14. Buku Daras Filsafat Islam, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi (Bandung: Mizan)
LEVEL 4: TEOLOGI
15. Fitrah, Murtadha Mutahhari (Jakarta: Lentera)
16. Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam, Toshihiko Izutsu, (Jakarta: Tiara Wacana)
17. Dan Muhammad Utusan Allah, Anne-marie Schimmel (Bandung: Mizan)
18. Islam Agama Peradaban, Nurcholish Madjid (Jakarta: Paramadina)
19. Umat dan Imamah, Ali Syariati (Bandung: Pustaka Hidayah)
20. Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem (Lampung: YAPI)
21. Sejarah Tuhan, Karen Amrstrong, (Bandung: Mizan)
22. Tafsir Sufi, Musa Kazhim, (Jakarta: Lentera)
LEVEL 5: SOSIOLOGI
23. Paradigma Islam, Kuntowijoyo (Bandung: Mizan)
24. Masyarakat dan Sejarah, Murtadha Muthahhari (Bandung: Mizan)
25. Hiper-Realitas Kebudayaan, Yasraf Amir Piliang (Jakarta: LkiS)
26. Pemikiran Karl Marx, Franz Magnis-Suseno (Jakarta: Gramedia)
27. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Anthony Giddens (Jakarta: UI-Press)
28. Orientalisme, Edward W Said (Bandung: Pustaka)
29. Di Bawah Bendera Revolusi [2 jilid], Soekarno (Jakarta)
30. Kumpulan Karangan, Mohamad Hatta (Jakarta: Gunung Agung)
31. Rekayasa Sosial, Jalaluddin Rakhmat (Bandung: Rosda)
32. Ibunda, Maxim Gorki (Jakarta: Kalyanamitra)
33. Perempuan di Titik Nol, Nawal el-Saadawi (Jakarta: YOI)
34. Tetralogi Pulau Buru: a] Bumi Manusia, b] Anak Semua Bangsa, c] Jejak Langkah, d] Rumah Kaca, Pramoedya Ananta Toer (Jakarta: Hasta Mitra)
LEVEL 6: TEOLOGI 2
35. Filsafat Hikmah, Murtadha Mutahhari (Bandung: Mizan)
36. Filsafat Shadra, Fazlur Rahman (Bandung: Pustaka)
37. Integralisme, Armahedi Mahzar (Bandung: Pustaka)
38. The Tao of Islam, Sachiko Murata (Bandung: Mizan)
39. Menuju Kesempurnaan, Mustamin al-Mandary (Makassar: Safinah)
40. Kearifan Puncak, Mulla Shadra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)